Be a Manager In REAL LIFE (Awal Perjalanan Menjadi Manager Team Futsal) #FMLoversStory

Ditulis oleh : Fajar Aziz Ahdika

Tulisan ini adalah kiriman dari FMLovers yang dimaksudkan untuk kompetisi #FMLoversStory dengan hadiah Football Manager 2015 Gratis :D. Follow @Rtupoke untuk info lebih lanjut.

image

Foto diatas adalah para pemain team yang saya tangani. Bravo Junior adalah nama teamnya. Team dengan kohesivitas yang sangat tinggi dan kekompakkan yang luar biasa. Uniknya, team ini masih bisa tertawa menikmati pertandingan walaupun akhirnya mereka kalah. Hahaha uniknya lagi adalah team ini akan selalu ada saat kompetisi dan hilang begitu saja saat tidak ada kompetisi. Wkwkw

Awal cerita dimulai ketika team ini berlatih didepan rumah saya. Kebetulan didepan rumah ada lapangan voli. Mereka berlatih disana dengan dengan ditemani teman saya, saya pun menghampirinya dan menanyakan tujuan mereka berlatih. Ternyata 2 hari lagi ada kompetisi futsal, dan gilanya lagi mereka meminta bantuan saya untuk menjadi pelatih sekaligus manajer dengan alasan karena saya pintar membaca situasi pertandingan dan pengetahuan tentang taktik bola yang lumayan. Are you fuckin or kidding me ? dan bodohnya lagi saya terima. Hahaha

Dengan berbekal pengetahuan Football Manager saya memberanikan diri untuk melatih mereka. Hari pertama, saya minta mereka bermain seperti biasa. Saya benar-benar ingin melihat seperti apa permainan team dan invidu. Skill basic mereka saya katakan sudah cukup dan siap untuk berkompetisi, namun mentality mereka yang belum tangguh. Off the ball, positioning, dan aggresion lah yang harus saya perbaiki. Singkat cerita hari kedua saya akan memperbaiki 3 hal tersebut sebisa mungkin dalam waktu satu hari.

Hari kedua, jam sudah menunjukkan pukul 15.00 namun belum ada satu orang pun yang datang. Saya tunggu mereka sampai tepatnya pukul 16.00 mereka baru datang. Saya tidak hiraukan keterlambatan mereka karena itu hanya buang-buang waktu. Jika adzan maghrib adalah alarm mereka untuk pulang kerumah, saya hanya memiliki waktu 1,5 jam untuk memoles 3 kelemahan mereka. Gila. Walhasil saya hanya meminta mereka untuk bermain lagi. Namun ditengah permainan mereka saya selalu memberhentikan ketika ada gerakan yang mereka lakukan dengan salah. Hasilnya menurut saya efektif. Karena anak-anak jika diberi teori dan hanya diminta mendengarkan mereka akan menghiraukannya. Namun saat saya interupsi mereka saat bermain dan langsung memberikan instruksi kepada mereka, mereka akan mendengarkan dan akan langsung dipraktekkan.

Selama 1,5 jam ini ternyata yang saya lakukan bukan hanya memoles 3 kelemahan dasar mereka. Tetapi saya bisa memberi pengetahuan tentang tactical, zone-defence, man to man marking, body blocking, rotation and movement, set piece, bisa saya berikan dan mereka lakukan dengan baik. Ok ini sudah cukup, walaupun masih jauh dari kata sempurna.

Masalah lain kembali muncul. Ketika latihan selesai dan bersiap-siap untuk pulang, wajah mereka nampak lesu. Bukan karena kecapekan, saya kira adalah ketidak percayaan diri mereka untuk menghadapi kompetisi besok. Saya tanyakan kepada kapten team dan tepat dugaan saya. Ketidak percayaan diri mereka muncul karena mereka akan bertanding dipertandingan pembuka dan lawan yang mereka hadapi adalah team akademi futsal. Gila, kalau kayak gini bukan hanya pemain yang moralnya drop tapi saya sebagai manajer juga drop. hadehH

Pagi hari mereka berkumpul di rumah sang kapten team, bersiap-siap menyambut kompetisi. Dengan berombongan menggunakan sepeda motor mereka menuju tempat dilaksanakannya kompetisi. Masih ada waktu 1 jam lagi, waktu itu saya manfaatkan untuk brieffing taktik yang nantinya akan mereka mainkan. Saya memilih formasi 1-2-1 dengan 2 pemain sayap agak maju kedepan, tipe pertahanan man to man marking. Harapan saya adalah dengan menggunakan taktik ini, pemain saya daat mem pressure pemain lawan dan melakukan kesalahan-kesalahan di area mereka sendiri. Saya juga meminta mereka untuk langsung shoot bola ketika bola bebas di area lawan. Dengan formasi ini, saya mengandalkan couter attack dengan penetrasi dari 2 sayap saya. Brieffing kali ini memerlukan waktu kurang lebih 30mnt, setelah itu saya minta mereka untuk melakukan pemanasan dan saya mengurus administrasi di official.

Priittt.......
Peluit pertandingan pertama pun telah ditiup. Menit-menit awal permainan masih sesuai dengan harapan saya. Walaupun penguasaan bola ada ditangan lawan, tapi urusan shoot team saya yang menang. Pemain saya membuat repot kiper lawan dari shoot keras yang mereka lakukan. Terhitung ada 6-10 kali shoot on target. Team lawan sedikit sekali melakukan shoot, namun itu berarti bukan menjadi masalah bagi team saya. Positioning, movement, dan rotation mereka sangat bagus dan hal tersebut adalah permainan khas futsal, apalagi merekaa team akademi futsal. Permainan mereka sangat terorganisir dengan baik. Beberapa shoot dapat mereka lakukan dan beruntung kiper saya dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Sebelum babak pertama berakhir, rupanya pemain sayap saya melakukan counter attack dengan cepat. Team lawan kalah jumlah pemain. Pemain saya ada dua sedangkan mereka hanya menyisakan satu bek. Umpan 1-2 dengan striker, dan shoot tepat disaat kiper mereka mencoba mentakling. Skor 1-0 untuk team saya.

Saat break, saya hanya merubah posisi sayap saya menjadi agak mundur untuk membantu pertahanan. Karena saya yakin mereka akan bermain menyerang. Dugaan saya benar, babak kedua dimulai. Shoot pertama mereka masuk ke gawang. Beruntung bagi saya karena gol itu dianulir oleh wasit alasannya peluit belum dibunyikan. Wkwkwk saya tertawa saat itu, namun itu juga membuktikan bahwa mereka akan bermain menyerang.

Babak kedua team saya digempur habis-habisan, tidak ada kesempatan bagi team saya untuk menyerang. Saya harus bertindak, saya tarik mundur 2 sayap saya dan saya gantikan mereka dengan pemain dengan tipe bertahan dan merubah formasi menjadi 3-1. Saya harus bisa memenangkan pertandingan ini. Sudah tidak terhitung berapa banyak shoot yang mereka lakukan, saya sangat bersyukur karena kiper sampai detik itu masih bisa mengawal gawang dengan baik. Jika babak pertama, pemain sayap menjadi man of the match. Dibabak kedua ini kiper lah yang menjadi man of the match. Team lawan menunjukkan taring mereka yang sesungguhnya sebagai team akademi futsal. Menggempur terus pertahanan saya. Mereka bermain dengan tempo yang cepat. Saya akan merusak tempo bermain mereka. Beruntung di futsal ada time out, dan satu-satunya cara untuk merusak tempo mereka sekarang ini adalah dengan break time out. Saya meminta time out kepada wasit, dan wasit memberikan time out kepada team saya tepat pada saat team lawan sedang bersemangat untuk menyerang.

Di timeout,saya menginstruksi kan pada pemain untuk merubah formasi dari 3-1 menjadi 2-1-1 tanpa striker. Alasannya timeout ini mereka akan bermain dengan formasi powerplay saya harus mengisi area kosong ditengah area permainan team saya. Area kosong ditengah lapangan pertahanan mereka manfaatkan untuk melakukan shooting keras dan terarah. Harapannya dengan mengisi area kosong tersebut shoot-shoot yang mereka lakukan akan berkurang.

Permainan dilanjutkan, dugaan saya benar. Mereka bermain powerplay, tempo mereka tetap. Namun dengan hadirnya satu pemain tengah, shooting mereka menurun. Pemain saya juga rupanya berhasil mengurung pergerakan lawan. Mereka benar-benar stuck tidak bisa bergerak bebas. Sampai akhirnya peluit pertandingan pertama pembukaan ini telah selesai dengan kemenangan team Bravo Junior. Saya lihat wajah mereka senang, mungkin jika di Football Manager moral mereka superb karena bisa mengalahkan team akademi yang membuat mereka tidak pd awalnya.

Tidak ingin berlarut-larut dalam kesenangan, saya mengingatkan mereka untuk bersiap ke pertandingan berikutnya. Jika di Football Manager mungkin,” Dont Complacent...bla...bla...bla...”

Pertandingan kedua, akan dimulai dan saya baru tahu kalau team-team yang ikut kompetisi ini semuanya adalah team akademi futsal yang berlatih rutin minimal satu minggu 2 X. Edan...

Ya udah lah, lakukan aja sebisa mungkin dan semaksimal mungkin. Dipertandingan kedua ini saya tetap menggunakan taktik yang sama dengan pertandingan sebelumnya. Formasi 1-2-1 dengan man to man marking dan counter attack cepat dari sayap.

Pertandingan kedua dimulai, tetap sama seperti pertandingan kedua. Team saya kalah penguasaan bola, namun shoot on target saya tinggi. Babak pertama ini saya kecolongan satu goal karena kelalaian bek saya dalam melakukan marking. Berhadapan one on one dengan kiper dan mereka dapat mencetak goal. Shit...

Tidak mau mengambil resiko terlalu banyak, saya mengganti bek dengan pemain lain yang lebih segar. Babak pertama ini saya meminta time out karena penjagaan mereka kepada lawan kurang dan tidak seketat pertandingan pertama tadi. Saya mengintruksikan untuk memperketat penjagaan mereka.

Babak Pertama selesai, lanjut babak kedua. Saya ingin bermain lebih terbuka dan menyerang. Formasi 2-2 lah yang saya anggap cocok untuk menambah daya serang. Tidak ada instruksi khusus saat break.

Babak kedua dimulai. Baru menit-menit awal team saya sudah kebobolan lagi. Lagi-lagi kendornya penjagaan menjadi penyebab dari goal tersebut. Skor 2-0. Celakanya, kiper saya mengalami cidera saat duel bola atas. Mau tidak mau saya mengganti kiper, dan kiper baru saya rupanya langsung kebobolan 2 goal dengan selang waktu yang singkat. 4-0. Sudah tidak ada harapan lagi untuk menang, namun waktu masih panjang. Setidaknya saya harus melakukan sesuatu untuk melawan mereka, mengecilkan ketertinggalan atau menahan jumlah goal mereka.

Ternyata ada satu hal yang luput dari perhatian saya di babak pertama tadi. Rupanya shoot jarak jauh team lawan sangat buruk. Buktinya goal mereka tercipta karena kesalahan bek saya dan shooting yang mereka lakukan selalu di area tengah lapangan. Dugaan sementara, Ini bisa saya manfaatkan, pikir saya. Lalu yang saya lakukan adalah merubah cara bertahan dari man to man marking menjadi zone defence. Namun zone deffence yang longgar karena saat bola berada ditengah, buat sedikit ruang shoot untuk mereka. Harapan saya, mereka akan ter stimulus untuk melakukan shoot jarak jauh.

Saya meminta time out kepada wasit dimenit ke 7, dan saya memberikan instruksi kepada mereka seperti diatas. Saya juga memberi saran kepada kiper untuk jangan takut menghadapi shooting jarak jauh.

Hasilnya, tidak ada tambahan goal yang tercipta. Pemain lawan melakukan shoot jarak jauh dan hanya 3 yang on target. Itupun dapat dihalau dengan mudah oleh kiper saya. Pada akhirnya team lawan dibuat frustasi dipermainkan oleh team saya.

Namun saat peluit panjang dibunyikan, itu menandakan bahwa saya kalah dengan skor 4-0. Pemain saya keluar lapangan dengan tertunduk lesu. Alih-alih memarahi mereka karena kekalahan ini, saya menyemangati mereka.

“Kalian bukan kalah tekhnik, namun kalian hanya kalah pengalaman. Ingatlah pertandingan ini, jadikan pengalaman, jika kalian ingin menjadi seperti messi atau ronaldo, jadikan pertandingan ini sebagai cambuk hukuman atas ketidakseriusan kalian ketika berlatih. Tapi itu tidaklah penting, messi tetaplah messi dan ronaldo tetaplah roaldo. Jadilah diri kalian sendiri dan nikmatilah saat kalian berada dilapangan” itulah kurang lebihnya yang saya katakan kepada mereka.

Besok sorenya saya lihat mereka bermain di depan rumah saya. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Bersenang-senang dan menikmati olahraga pembawa suka dan duka secara bersamaan ini. Tertawa bersama mereka, dan melakukan selebrasi konyol saat mencetak goal yang diikuti oleh semua pemain. hahaha



Post a Comment

2 Comments

Unknown said…
Ini jg bgus
syang endingnya :sad

bingung nih vote spa #mskipun gk ngaruh
haha
Unknown said…
This comment has been removed by the author.