Saya dibesarkan di era sepakbola di mana Marco van Basten, Ruud Gullit, Frank Riijkaard, Ronald Koeman, dan Liga Italia sedang jaya-jayanya. Ditambah bapak saya yg ngomongnya ber-ibu Manado-Belanda.
“Kakek cerai saat ayah masih berusia di bawah usia 5 tahun, nak”. Begitu katanya suatu hari.
Paling tidak, karena ini, tidak sekali pun saya pernah mencemooh atau tidak senang pada Timnas Belanda. Yang ada, sering kali saya dukung mereka tanpa keyakinan besar bahwa Belanda bisa jadi juara. Termasuk PD kali ini. Tapi, apa yang saya lihat di partai pertama Grup, di mana Belanda menghadapi raksasa Spanyol. Belanda tampil berbeda dengan Belanda yang banyak saya lihat beberapa tahun belakangan. Spanyol (yang tidak saya jagokan juara PD 2014 ini), disikat 5-1. Gila. Spanyol, man. Tapi, kalau saya kembali ke tahun 2008, di Euro Cup. Saat itu Belanda juga tampil trengginas, Italia dan Prancis dibobol 4 gol. Terus, Romania dikalahkan 2-0. Tapi, di 8 Besar, Belanda anti klimaks dan dihajar Russia (OT) 1-3. Andrey Arshavin jadi salah 1 bintangnya. Saya tidak berharap Belanda yang seperti ini yang tampil di PD. Kalau pun harus tersingkir (kalau pun harus), semoga tidak tersingkir dengan cara anti-klimaks.
Bentuk dasar tim, adalah, 5-3-2 (atau 3-2-2-1-2 kali, yak. Gampangnya, 3 bek tengah, 2 bek sayap, 2 gelandang petarung, 1 gelandang serang tengah sebagai konektor, dan 2 penyerang).
Tetapi ketika off-possesion, bentuk Belanda sering berubah menjadi 5 di belakang, 2 di tengah sebagai cover pertahanan dan 3 pemain yang bebas bergerak di depan.
Atau, 4 pemain bertahan, 2 di tengah, 2 pemain di sayap pada posisi yang sangat advanced dan 2 penyerang di tengah.
Atau, kadang terlihat 4 pemain di belakang, 3 di tengah yang saling berdekatan, serta 3 di depan. Atau bisa jadi ada bentuk lain yang lepas dari pengamatan saya. 5-3-2, 3-2-2-1-2, 5-2-3, 4-2-4, 4-2-2-2, 4-3-2-1, dll.
Untuk mudahnya, coba lihat musim pertama FM 2013/2014, bagaimana Juventus dan susunan pemainnya dalam formasi 3-5-2/5-3-2. Ini bisa jadi refrensi. Sekedar tambahan info, van Gaal mengatakan, sejak 6-7 bulan terakhir, ia mulai pertimbangkan gunakan formasi yang sempat “mati” ini. Ia banyak pelajari Juventus bermain serta bagaimana Feyenoord memainkan formasi ini di tangan Ronald Koeman.
Taktik Belanda yang saya lihat di partai Spanyol, bersifat sangat reaktif. Fleksibel, sesuai dengan situasi dan penempatan posisi pemain Spanyol. Ini inti pertama taktik Belanda yang perlu anda catat.
Ada instruksi Man Marking dalam taktik Zonal Marking Belanda. Saya melihat ini terjadi saat 2 bek tengah-lebar (hahahaha apa istilahnya yang tepat, ya). Mungkin ini bisa lebih membantu saya menjabarkan mau saya, CBR-CB-CBL. CBR-CBL Belanda lakukan Tight Marking pada Silva dan Iniesta ketika 2 pemain ini berusaha masuk ke jantung pertahanan Belanda. Kalau di FM, Iniesta dan Silva, merupakan Sayap Serang yang Cut Inside, apa itu Sayap yang Cut Inside? Yak bener, Inside-Forward.
Tadinya, saya pikir 2 gelandang tengah Belanda yang akan nantang Iniesta-Silva. Ternyata, van Gaal punya pertimbangan lain (hebat juga ya si van Gaal, huahahahahaha becanda, meneer. Sori). Van Gaal meminta CBR dan CBL yang bertugas mematikan 2 wide players Spanyol. Kalau di FM nih, sedikit nyambung ke FM ya, gan. Kalau agan-agan memainkan 2 DM yang posisinya berdekatan dengan garis bek tengah, 2 DM nih yang akan banyak face to face sama IF musuh yang lakukan penetrasi dari posisi luar untuk bergerak ke tengah. Satu lagi Bek Belanda lainnya (CB), kalau gak salah nama lengkapnya Ron Vlaar (yang terus terang, tadinya buat saya ragu dengan kekuatan pertahanan Belanda), sering bermain statis dengan Hold Position. Bukan Libero atau Sweeper yang banyak bergerak lebih advanced from deeper position. Vlaar lebih sebagai CB-D atau mungkinllebih tepat sebagai CB-C, kalau kita bicara FM.
Kita bergerak ke lini tengah. Ada de Jong dan de Guzman sebagai duo pivot. Yang saya lihat, 2 orang ini berperan macam Genarro Gattuso saat Milan singkirkan MU di UCL 2007. Sepanjang pertandingan (di San Siro, lebih utamanya), Gattuso mengikuti dan menabrak CR7 di mana pun CR7 berada. Bahkan, saya curiga, waktu di lorong ganti juga Gattuso Tight Marking CR7.
2 gelandang tengah Belanda dan Gattuso, dari apa yang mereka tampilkan, bila dikaitkan dengan role di FM, jelas bukan role yang statis, macam Anchor. Juga bukan Regista yang walaupun aktif bergerak ke depan tapi tidak “gila” dalam menabrak targetnya. Kerjaan “kotor” bukan merupakan default character Regista. Juga bukan DLP macam Pirlo atau Redondo yang yahud kemampuan Play Making nya. Juga bukan Half-Back yang pada mayoritas menit bermainnya drop deeper sampai sejajar dengan garis berdiri CB. So, tersisa 2 opsi, yaitu, Defensive Midfielder atau Ball Winning Midfielder. Nanti kita bahas lebih lanjut mana yang lebih logis dipakai di FM.
Di depan, Belanda bermain lebih pragmatis. Ah, saya pikir lebih tepatnya frontal. Macam Direct Play nya Jurgen Klopp di Dortmund. Nah, itu dia. Direct Play. Langsung dan cepat, tanpa banyak umpan pendek kaki ke kaki. Banyak kebebasan bergerak yang diberikan van Gaal pada pemainnya. Perhatikan baik-baik, bagaimana jauhnya Robben drop deep, lantas Schneider yang Roam from Position ke atas ke bawah. Mereka lakukan itu untuk menciptakan vunerable space di area lapangan Spanyol. Belum lagi bek sayapnya. Saya sampai kagak bisa ngomong (orang bule nyebutnya speechless). Luar biasa. Terutama, pada Bek Sayap Kiri Belanda. Bung Ichal Suroso dalam masukannya kepada saya juga mengatakan ketertarikannya pada si bek Sayap Kiri. Daley Blind. Ntah apa hubungannya dengan Danny Blind. Ada yang tahu?
Anda sering lihat Gerrard dan Zidane melepas umpan yang membelah pertahanan musuh kan? Itulah yang banyak dilakukan Blind dalam pertandingan lawan Spanyol. Direct Passing yang akurat, indah, dan butuh Creativity, Decision, Flair, serta Technique dan Passing.
Bagaimana kita coba terapkan, apa yang Belanda lakukan, ke dalam FM merupakan hal yang rumit. Banyak keterbatasan dalam ME yang sekarang dikembangkan SI.
Beberapa di antaraya, sedikit off topic, kawan. Kita gak akan pernah bisa memainkan 2 fase besar taktik (menyerang bareng dan bertahan bareng) secara penuh dalam FM.
Kita juga gak akan pernah bisa terapkan Parkir 2 Pesawat Kepresidenan di depan Istana Negara, seperti yang dilakukan Jose Mourinho baru-baru ini saat kalahkan Liverpool 2-0.
Termasuk juga, apa yang Belanda lakukan di partai lawan Spanyol. Bukan tidak bisa, tapi anda akan banyak berada dalam kesulitan. Contoh, CBR-CBL Belanda lakukan Tight Marking pada Iniesta dan Silva. Bagaimana caranya bisa diterapkan di FM, anda bisa instruksikan tempel ketat Iniesta dan Silva kepada 2 bek anda. Hasilnya? Saya jamin, akan banyak “lubang” akibat 2 bek anda banyak dragged dari posisinya saat Silva-Iniesta lakukan drop deep misalnya.
Contoh lain, kalau anda mau ikuti bagaimana kelakukan 2 CM Belanda, saya rasa anda harus plot role-duty mereka menjadi BWM-S. Dan saya beritahu pada anda, dengan role-duty seperti ini (kita tidak sangkut-pautkan dengan Mentality-Fluidity dulu), yang ada 2 BWM anda akan berposisi “tinggi sekali”, jauh dari garis bek tengah. Dan, bila musuh mampu eksploitasi gap ini, hancurlah anda. BOCOR, bro. (Bisa baca tulisan saya APA YANG SAYA LAKUKAN : SEBELUM, SELAMA, SESUDAH, MADRID 0-1 DORTMUND).
Hanya saja, masih ada aspek lain yang anda bisa ambil untuk kemudian anda sesuaikan role -duty di dalam FM. Paling tidak pahami prinsip dasar taktik Belanda (SESUAI INTERPRETASI ANDA MASING-MASING).
Satu lagi, distribusi yang dilakukan Belanda banyak bersumber dari lini belakang. Van Gaal memfungsikan 2 CM untuk menekan lini tengah Spanyol. Dan, tugas distribusi banyak “dialihkan” ke belakang dan sayap. Play out of Defense saya pikir bisa mewakili.
Untuk instruksi 2 CB, anda bisa coba duty Defend atau Stopper dengan instruksi opsional Close Down More. Maksud saya, seperti yang sudah-sudah, fleksibilitas tweak harus selalu anda pertimbangkan. Kalau anda lihat lini belakang kacau dengan apa yang saya sampaikan, lakukanlah tweak. Tapi, coba usahakan untuk pertimbangkan Duty Defend atau Stopper serta intensitas closing down dalam ide anda.
Sebagai kerangka permainan, ada beberapa opsi dari saya. Control-Fluid, Control-Very Fluid, atau Counter-Very Fluid. 2 Mentality yang saya sebut (Control dan Counter) memiliki kecenderungan untuk mengeksploitasi gap dan space musuh, akibat gagalnya serangan atau penguasaan bola musuh. Sementara Fluid atau Very-Fluid merupakan Fluidity yang ditawarkan FM bila anda ingin bermain kolektif (menyerang dan bertahan bersama).
Bila anda memilih Control, bisa pertimbangkan untuk aktifkan drop deeper. Tapi, bila anda memilih Counter, sebaiknya non aktifkan Drop Deeper. Bisa ganti dengan men-default-kannya atau Push Higher-Up, supaya D-Line anda tidak terlalu dalam.
Hassle Opponent, Tighter Marking, dan Higher Tempo harus anda pertimbangkan untuk anda aktifkan. Sepanjang pertandingan, 3 lini Belanda sangat aktif dan intense dalam menekan Spanyol. Di FM saat anda Hassle Opponent, otomatis tempo permainan juga meningkat. Untuk memaksimalkan efeknya, anda bisa saja menginstruksikan Higher Tempo. Jurgen Klopp menyebutnya Heavy-Metal Style of Football. Counter-Pressing, tkan, rebut, serang, habisi. Si Klopp mah, gila.
Total Football merupakan sepakbola dengan filosofi kebebasan bermain. Sehingga, Roam From Position dan be More Expressive merupakan 2 hal mutlak. Tapi, sekali lagi, this is FM, not real life, bros. Untuk TI-Roam from Position, anda bisa saja tidak instruksikan. Tapi, aktifkan instruksi ini pada PI untuk pemain-pemain yang bisa anda instruksikan Roam from Position. Untuk Be More Expressive bila pemain anda bukan pemain dengan Creativity, Flair, dan Decision bagus, mohon berhati-hatilah. Satu lagi, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Belanda memainkan Direct Play untuk memaksimalkan semua peluang menyerang dan membuat gol. So, aktifkan instruksi tersebut.
Rangkuman sementara.
Mentality : Control atau Counter
Fluidity : Very Fluid atau Fluid
TI.
Direct Play, Pass into Space, Play Out of Defense, Run at Defense (opsional bergantunganda mau instruksikan lewat PI atau tidak), Push Higher Up + Drop Deeper (opsional bergantung pada penjelasan yang saya berikan pada Mentality-Fluidity), Roam From Position (opsional bisa diinstruksikan pada pemain tertentu lewat PI, bila memungkinkan), Hassle Opponent, Use Tight Marking, Higher Tempo, Be More Expressive (opsional).
Sekarang kita masuk ke Individual Instruction.
Kiper (GK) Distribute to Defenders. Anda ingin Play Out of Defense lebih maksimal? Instruksikan kiper anda lakukan ini. Tapi, bila kiper anda punya throwing bagus, anda bisa instruksikan Quick Throw. Keuntungan Quick Throw, serangan balik anda lebih cepat mencapai lini pertahanan musuh. Atau, bisa juga kombinasikan dengan Sweeper Keeper-S atau A.
DCR-DCL (CD-X). Stopper + Close Down More + Short Pass (atau tanpa instruksi gaya pendistribusian bola sama sekali). Instruksi-instruksi ini merupakan cerminan gaya main 2 Bek tengah-Lebar Belanda di partai vs Spanyol. Tapi, bila anda rasa instruksi ini banyak ciptakan vunerable-space. Hentikan instruksi Close Down More.
DC (CD-C). Dengan 2 bek lainnya yang agresif bergerak ke depan. Bek Tengah ini harus lakukan aksi covering. Duty yang cocok, adalah, Covering. Bukan yang lain.
Dua Bek Sayap harus WB atau CWB, ini untuk cover 2 sisi terluar lapangan yang “kosong”, akibat hanya ada 1 layer di sana.
Bek Sayap Kanan (WBR). Saya baru sadar, tidak banyak catatan saya tinggalkan untuk WBR :-(. Tapi, seingat saya, ia lumayan aktif menyerang. Anda bisa coba Attacking Duty atau bila anda inginkan ia Deep-Crossing, mungkin Support-Duty lebih cucok. Close Down More jadi instruksi yang tepat, sepanjang yang saya ingat dari Bek Kanan Belanda di pertai tersebut. Serta, bisa prtimbangakan Cross More Often.
Bek Sayap Kiri (WBL-S): Close Down More Often, Cross More often, dan Cross From Deep (atau Cross From Deep bisa di-default-kan). Catatan, Cross From Deep + Often, akan memicu pemain anda untuk lakukan umpan silang sebelum masuk ke 1/3 pertahanan musuh. Paling tidak, ia tidak akan membawa bola hingga ke By-Line sebelum lakukan Crossing.
MCR (BWM-D) : Tanpa PI. Bila anda inginkan distribusi yang lebih safe, anda bisa perintahkan Short Passing.
MCL (DM) : Tanpa PI. Kenapa saya pilih DM? Anda lihat definisi role ini. Disebutkan, DM memiliki inisiatif untuk merebut bola, mengamankan pertahanan, dan lakukan distribusi pada pemain lain di depannya. Pas. Ini yang dilakukan Gelandang tengah Belanda di partai ini. Tapi, bila anda rasa ia terlalu deep-positioned (bila dibandingkan agresifitas 2 CM Belanda), tweak role-nya, ubah ke BWM. Walaupun, secara pribadi saya kurang yakin dengan covering terhadap pertahanan anda.
AMC (AP-S atau Treg). Mutlak perlu instruksi Roam From Position. Bila anda sudah perintahakn di TI, tidak perlu untuk ingatkan AMC anda lagi. Bila Treq yang anda pilih, Roam From Position harusnya sudah jadi instruksi default. Saya cenderung ke AP-S atau AP-A, bila perlu.
Penyerang Kanan (AF atau CF-A). Roam From Position, More Direct, Close Down More, Move Into Channel
Penyerang Kiri (DLP-S atau F9). More Direct, Roam From Position.
1 Komentar